Minggu, 24 Maret 2013

anging mammiri


Tenanglah, Aku ini, jangan takut!



     Menapaki jalan yang tidak tenar, tidak digemari dan justru dihindari kebanyakan orang seringkali membuatku   serasa berjalan di antara ombak lautan yang mengguncang hidupku. Angin yang tak pasti arahnya, gemuruh ombak yang lirih, hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang sum-sum, menyatu dan membuatku gentar untuk terus berjalan. Di tengah situasi seperti itu, aku teringat akan pengalaman Petrus yang pada awalnya memiliki keberanian untuk berjalan menapaki deruh ombak dan berjalan di atasnya. namun ketika angin mulai menggoncangnya, ia mulai merasa takut dan perlahan-lahan tenggelam. Pengalaman itu juga kadang menghantuiku. Akankah aku juga seperti Petrus, yang pada awalnya memiliki keberanian untuk menapaki gelombang kehidupan apapun tantangannya kini mulai merasa gentar, takut, dan perlahan-lahan tenggelam? Apakah keberanianku yang dulu tumbuh kini perlahan sirnah di tengah arus zaman yang makin maju, dan menawarkan banyak pilihan, kenikmatan, rasa aman dan tenang? Masa-masa krisis ini membuatku semakin berani untuk berpikir keras, berefleksi mendalam, dan menggali motivasi yang murni. Dalam permenungan itu, aku mendapat kekuatan dari pengalaman Petrus dan para Rasul. Ketika mereka ketakutan karena dihempaskan ombak yang tinggi, atau ketika Petrus ketakutan saat berjalan di atas air, Yesus datang dan bersabda, "Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!" Sabda Yesus itu seakan ditujukan kepadaku yang juga seringkali merasa ketakutan dalam menapaki perjalanan hidup panggilanku. Sabda ini memberikan keberanian dalam diriku untuk terus melangkah setapak demi setapak hingga mencapai tujuan akhir, yakni tinggal bersama-Nya dalam kebahagiaan abadi.