Jumat, 04 Juni 2010

Konsep Penebus Bagi Bangsa Israel

A

Konsep Penebus Bagi Bangsa Israel

Bertitik Tolak Pada Teks

Rut Menjadi Istri Boas (Rut 4: 1-17)

 

 

I.       Pendahuluan

"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap  di bumi." (Kej 1:28). Ini merupakan suatu perintah dari Allah ketika menciptakan manusia agar membentuk suatu keluarga dan menghasilkan keturunan. Oleh karena itu, keturunan bagi bangsa Israel merupakan hal yang sangat penting. Selain merupakan perintah Allah, keturunan juga adalah pewaris milik pusaka keluarganya. Bahkan bangsa Israel mengizinkan perkawinan levirat untuk menghasilkan keturunan bagi yang telah meninggal kalau belum memiliki keturunan dari istrinya. Selain keturunan, tanah milik pusaka juga merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa Israel. Tanahlah yang akan menjadi warisan bagi keturunan sebuah keluarga. Karena begitu pentingnya, maka tanah di Israel tidak pernah dijual sepenuhnya tetapi hanya digadaikan. Tanah itu selalu bisa ditebus atau kalau seseorang tidak mampu menebusnya, orang lain bisa menebusnya, atau setelah 7 tahun tanahnya itu akan kembali kepadanya (bdk. Im ). Kedua hal ini, keturunan dan milik pusaka, merupakan hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam tradisi bangsa Israel.

Kasus serupa juga dialami oleh Rut dalam Rut 4: 1-17. Rut adalah seorang perempuan Moab, istri Mahlon, yang menjadi janda sebelum mendapatkan keturunan. Kemudian ia pergi ke Betlehem, kampung halaman suaminya, mengikuti mertuanya, Naomi. Di sana ia bertemu dengan Boas, seorang kaya raya dari kaum Elimelekh (bdk Rut. 2:1). Ia mendapat belas kasihan dari Boas, bahkan Boas berkenan menebus tanah mertuanya dan mengambilnya sebagai istri untuk menegakkan nama Mahlon, suaminya yang telah meninggal di atas milik pusaka itu (bdk Rut 4: 5).

Persoalan seputar Rut dan Boas inilah yang akan dianalisa dalam makalah ini. Pendekatan yang akan ditempuh oleh pemakalah adalah pendekatan sinkronis (narasi). Akan tetapi, pemakalah akan lebih memfokuskan isi makalah ini ke arah konsep penebus dalam tradisi bangsa Israel.

II.    Latar belakang tokoh Rut dan Boas

II.1. Latar Belakang Rut

Rut mungkin berarti "teman atau sahabat". Nama Rut bersifat lambang yang menggambarkan karakter tokohnya (bdk. Rut 1:14)[1]. Rut adalah perempuan ketiga dalam silsilah Yesus (bdk. Mat. 1:1-17). Ia bukan keturunan bangsa Israel tetapi ia adalah seorang perempuan Moab. Suaminya bernama Mahlon, anak Naomi. Ketika suaminya meninggal, ia meninggalkan tanah airnya dan pergi bersama Naomi, mertuanya, ke Betlehem untuk mencari penghidupan (bdk. Rut. 1:4.16-19a). Di Betlehem ia menjadi seorang pemungut bulir-bulir jelai di ladang Boas, salah seorang sanak Naomi dari pihak sumainya. Di situlah ia bertemu dengan Boas untuk pertama kalinya (bdk. Rut 2:1-16). Pada akhirnya Boas menjadi suaminya dan melahirkan Obed yang artinya "abdi Allah"[2].

 

II.2. Latar Belakang Boas

 Dari namanya, "Boas" mungkin berarti "yang cepat"[3]. Dari latar belakang hidupnya, Boas berasal dari kaum Elimelekh. Ia adalah sanak Naomi dari pihak suaminya, Elimelekh. Ia seorang yang kaya raya. Ia memiliki ladang gandum dan para pekerja. Di situlah Rut memungut bulir-bulir jelai di belakang penyabit-penyabit (bdk. Rut 2:1-4). Sebagai sanak Naomi, ia adalah salah seorang penebus (go'el) bagi Naomi dan Rut. Akan tetapi ia bukan penebus yang utama karena ia bukan kerabat yang paling dekat (bdk Rut 3:12). Kendatipun demikian, ia akhirnya yang menjadi penebus (go'el) bagi Naomi dan Rut karena penebus (go'el) yang pertama tidak bersedia dan menyerahkan haknya kepada Boas (bdk. Rut 4:6). Sebagai penebus, ia memperistri Rut untuk melanjutkan keturunan Mahlon agar bisa mewarisi milik pusaka Mahlon dan Elimelkh. Dari hubungannya dengan Rut, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Obed.

 

III. Struktur Teks dan Analisanya

Teks Rut 4:1-17 akan dianalisa dan dibagi dalam lima bagian antara lain:

III.1. Siapa Yang Akan Menjadi Penebus? (4:1-8) [4]

Bagian pertama ini berupa pertanyaan "siapa yang akan menjadi penebus?" karena memang belum jelas siapa yang akan menebus Rut. Namun pada akhirnya identitas sang penebus akan terungkap pada bagian ini. Dalam ayat 1 diungkapkan bahwa ketika Boas sedang duduk di pintu gerbang, kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas (kepada Rut). Kata kebetulan yang digunakan oleh pengarang menunjukkan bahwa di balik peristiwa itu ada suatu penyelenggaraan ilahi[5]. Karena penebus yang disebutkan Boas kebetulan lewat maka Boas bisa membereskan masalah mengenai penebusan tanah Naomi.

Boas memanggil penebus itu sebagai "saudara" atau "teman" dan mengajaknya untuk membicarakan masalah penebusan. Boas juga memilih sepuluh orang dari para tua-tua kota itu dengan maksud menjadi saksi dalam transaksi resmi itu. Kesaksian adalah hal yang sangat penting dalam membuat suatu transaksi resmi seperti itu[6]. Di hadapan para saksi itu, Boas mengutarakan masalah penjualan tanah warisan keluarga Elimelekh kepada "saudaranya". Tanah itu sudah diputuskan untuk dijual oleh Naomi karena kemiskinannya[7].

Awalnya "saudara" itu setuju membeli tanah itu karena ia berpikir akan mendapatkan keuntungan dari hasil tanah itu. Ia rela menebusnya dan bersolider dengan sanak keluarganya demi mempertahankan milik pusaka keluarganya (bdk ay 4c). Namun ketika Boas menyampaikan bahwa menebus tanah juga berarti mengambil Rut sebagai istri serta memberikan keturunan kepadanya demi menegakkan nama alm. Mahlon, "saudara" itu tidak dapat menebus tanah itu. Alasannya menolak menjadi penebus sangat jelas yaitu ia tidak mau merusakkan milik pusakanya. Dengan kata lain, "saudara" itu tidak mau rugi karena dengan mempristri dan memberikan keturunan kepada Rut, tanah pusaka yang telah dibelinya akan dikembalikan lagi kepada keturunan Rut nantinya. Penolakan "saudara" itu merupakan suatu keberuntungan bagi Boas yang memang ingin menebus dan memperistri Rut. Sekali lagi peristiwa ini secara implisit sudah memunculkan suatu penyelenggaraan ilahi.

 Untuk menyerahkan hak penebusannya kepada Boas maka "saudara" itu -menurut tradisi di Israel sebelum zaman penulis- melepaskan kasutnya sebelah dan memberikan kepada Boas (bdk ay 7-8). Kasut atau sandal berfungsi sebagai sebuah simbol atas hak membeli atau menebus tanah milik Elimelekh[8]. Dengan penyerahan kasut ini berarti hak penebusan sekarang telah diserahkan kepada Boas. Dengan demikian pertanyaan "siapa yang yang akan menjadi penebus ?" sudah terjawab dalam bagian ini. Boaslah penebus yang sesungguhnya.

 

III.2. Pandangan Boas: Sebuah Masa Depan Keluarga (4: 9-10)

Bagian ini merupakan kata-kata Boas setelah menerima tawaran "saudaranya" pada bagian pertama di atas. Kata-kata Boas ini diawali dan diakhiri oleh pernyataan "Kamulah pada hari ini menjadi saksi". Pernyataan ini menunjuk pada upacara penyerahan kasut kepada Boas[9]. Dalam hal ini saksi begitu penting bagi sah tidaknya suatu upacara serah terima/transaksi hak penebusan dalam tradisi Israel. Dalam kata-kata itu, Boas juga mengungkapkan tujuannya menebus tanah yang dijual Naomi dan memperistri Rut. Tujuannya yaitu untuk menegakkan nama orang yang telah mati (Mahlon) di atas milik pusakanya sehingga nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya dan dari antara warga kota (bdk ay 10). Ini berarti ada tiga hal yang dilanjutkan oleh penebusan Boas yaitu lingkaran keluarga, ingatan publik, dan jaminan tempat bagi generasi berikutnya[10].

 

III.3. Pandangan Masyarakat: Sebuah Masa Depan Bagi Umat Allah (4: 11-12)

Bagian ini merupakan seruan 10 tua-tua yang dipilih Boas bersama dengan seluruh rakyat yang hadir di pintu gerbang itu. Seruan masyarakat yang hadir itu merupakan tanggapan atau tanda persetujuan mereka atas kata-kata Boas sebelumnya. Masyarakat itu bersedia menjadi saksi bagi Boas. "Kamilah menjadi saksi...." (bdk ay 11). Seraun mereka juga disertai oleh tiga harapan yaitu[11]: pertama, kiranya perempuan itu sama seperti Rahel dan Lea yang keduanya telah membangunkan umat Israel (ay 11b). Kedua, biarlah Boas menjadi makmur di Efrata dan namanya termasyhur di Betlehem (ay 11c). Ketiga, keturunannya kiranya menjadi seperti keturunan Peres yang dilahirkan Tamar bagi Yahuda oleh karena anak-anak yang akan diberikan Tuhan kepadanya dari Rut (ay 12).

Pandangan masyarakat terhadap penebusan Boas ternyata jauh dari bayangan dan tujuan Boas yang hanya ingin menegakkan nama Mahlon. Masyarakat lebih mengaitkan peristiwa itu dengan sejarah bangsa Israel dan tampaknya keluarga lebih mereka kaitkan dengan umat israel bukan hany keluarga Rut. Dengan kata lain, pandangan mereka tidak berhenti pada masa depan keluarga tetapi melihat jauh ke belakang yaitu masa depan bangsa Israel.

 

III.4. Pernikahan (4:13)

Bagian ini merupakan bagian yang sangat singkat karena hanya terdiri dari satu ayat saja. Ayat ini sebenarnya meringkas suatu peristiwa yang sangat panjang yaitu mulai dari menikah sampai melahirkan seorang anak laki-laki. Peristiwa itu dapat dibagi dalam lima even yaitu[12]: pertama, Boas "mengambil" Rut. Hal ini memberi kesan sebuah ritual yang sangat sederhana. Kedua, dia "menjadi" istrinya (Boas). Hal ini menunjukkan adanya penerimaan dari Rut dan kemauan untuk hidup menjadi satu daging dengan Boas. Ketiga, Boas "menghampiri" Rut. Mereka mengadakan hubungan seksual. Keempat, "atas karunia Tuhan" perempuan itu mengandung. Ungkapan "atas karunia Tuhan" menggambarkan Tuhan kembali lagi ikut campur tangan dalam hubungan Boas dan Rut sehingga Rut mengandung. Jadi kandungan Rut adalah suatu hadia dari Tuhan. Kelima, Rut melahirkan seirang anak laki-laki. Karena Tuhan telah ikut campur dalam kandungan Rut maka anak yang dilahirkan oleh Rut juga merupakan pemberian Tuhan. Anak itulah yang akan mewarisi dan menegakkan nama Mahlon di atas tanah pusakanya.

 

III.5. Pandangan Perempuan-perempuan: Masa Depan bagi Naomi (4:14-17)

Bagian kelima ini menghadirkan pujian perempuan-perempuan kepada Naomi atas kelahiran cucu pertamanya. Para perempuan itu juga menempatkan kehadiran cucu bagi Naomi sebagai suatu karunia Tuhan maka mereka mengawali seruan mereka dengan memuji Tuhan (bdk ay 14). Kehadiran anak bagi Naomi sangat menguntungkan. Ada tiga keuntungan yang digambarkan oleh para perempuan itu yaitu di kemudian hari anak itu akan menjadi pelindung, penyegar jiwa, dan pemelihara bagi Naomi ketika telah lanjut usianya[13]. Selain itu, para perempuan itu juga memuji Rut sebagai wanita yang sangat mengasihi Naomi dan berharga baginya karena telah melahirkan anak itu. Rut dikatakan lebih berharga dari tujuh anak laki-laki.

Satu hal yang menarik pada bagian ini adalah pemberian nama kepada anak itu tidak dilakukan oleh orang tuanya, dan Naomu juga tidak. Namun perempuan-perempuanlah yang memberi nama bagi anak itu. Tidak biasa pemberian nama dilakukan oleh perempuan tetapi tampaknya ingin ditunjukkan peranana perempuan yang juga cukup sentral dalam hal ini. Perenanan perempuan dalam pemberian nama bagi putra Rut ini mengajak kita untuk memperhatikan arti kata nama itu yaitu Tuhan yang datang untuk mengunjungi umat-Nya. Kunjungan Tuhan pada kisah ini nampak dalam kehadian seorang anak laki-laki dalam keluarga.

 

Dari analisa teks ini nampak bahwa kisah Rut 4:1-17 ini mau menekankan suatu camur tangan Allah dalam proses penebusan yang dialami oleh Naomi dan Rut. Pola teks itu mulai dari suatu proses penentuan siapa yang akan menebus; seruan Boas di depan saksi sebagai tanda persetujuannya menjadi saksi menggantikan sanak yang lebih dekat; tanggapan dan harapan para saksi dan orang banyak kepada Boas; ringkasan terhadap pernikahan sampai menghasilkan keturunan; dan terakhir seruan pujian perempuan-perempuan kepada Tuhan atas kelahiran Obed.

 

IV.        Konsep Penebus (go'el) Dalam Tradisi Israel

Penebus (go'el) dalam tradisi Israel adalah seorang sanak keluarga yang berkewajiban mempertahankan kepentingan individu atau kelompok (keluarganya). Konsep penebusan yang sudah menjadi tradisi praktek di Israel merupakan suatu aturan dari Yahwe kepada umat Israel. Dalam Imamat 25:23-25, 29; 47-49 aturan itu dengan jelas diungkapkan sebagai suatu aturan bahwa orang Israel yang menjadi budak bisa ditebus oleh kerabatnya. Peristiwa Kewajiban seorang go'el yaitu mencegah tanah milik keluarga dari dialihtangankan; jadi dalam kasus Rut, seorang go'el harus membelinya agar tidak jatuh ke tangan orang lain (bdk Im 25:23-25, 47-49). Sedangkan kewajiban kerabat paling dekat untuk kawin dengan janda sanak saudara yang meninggal tanpa mempunyai keturunan, hukum levirat (bdk Ul 25:5-10)[14].  Namun penebusan yang paling berat adalah menebus darah jika ada seorang anggota suku terbunuh (bdk Im 35:19)[15].

Penebusan dalam tradisi Israel merupakan suatu bentuk solidaritas kerabat keluarga terhadap sanak keluarga yang lain. Selain itu, dengan adanya penebusan tampak pula bahwa tanah pusaka dan keturunan bagi bangsa Israel sangat penting. Kedua hal ini saling berhubungan. Tanah adalah warisan keluarga sementara keturunan adalah ahli waris. Tanah tidak boleh dijual mutlak karena Tuhanlah pemilik tanah sedangkan manusia hanya pendatang (bdk Im 25:23). Aturan tidak boleh menjual tanah mutlak semakin diperjelas dengan adanya aturan tahun Yobel (bdk Im 25:1-22). Jadi tanah dan keturunan tidak bisa dihilangkan salah satunya. Kalau salah satu dari dua hal ini tidak ada maka kewajiban seorang sanak keluarga terdekat untuk menebus (bdk Rut 4:12). Dalam kasus Boas dan Rut di atas, kedua hal ini, tanah dan keturunan, menjadi kewajiban bagi penebus karena Rut belum memiliki anak untuk mewarisi tanah pusaka milik suaminya yang telah hendak dijual Naomi.

Arti go'el kemudian diperluas dan bangsa Israel mengaitkan dengan Allah sebagai seorang Go'el (bdk Ayub 19:25; Yes 41:14; Yer 50:34; Mzm 19:15; 78:35). Arti go'el dalam hal ini tidak lagi dibatasi oleh hanya faktor tanah, keturunan, atau penumpah darah. Tuhan sebagai Penebus menyatakan Tuhan sebagai Pelindung orang tertindas dan Pembebas umat-Nya[16]. Kemudian dalam Perjanjian Baru dan tradisi Kristen selanjutnya mengalihkan istilah itu kepada Yesus.

 

V.           Penutup

Teks Rut 4:1-17 menggambarkan suatu proses penebusan dalam tradisi Israel. Penebusan dalam hal ini adalah penebusan tanah miliki keluarga Elimelekh yang sudah hendak dujual oleh Naomi karen kemiskinannya. Namun konsekuensi dari seorang penebus yang hendak menebus tanah itu adalah menikahi dan memberikan keturunan kepada Rut untuk menegakkan nama suaminya yang telah meninggal di atas milik pusaka itu. Jadi penebus yang diaharapkan adalah orang yang benar-benar mau bersolider dan berkorban bagi sanaknya. Inilah yang tidak dimiliki oleh "saudara" yang lebih dekat yang menolak menjadi penebus karena dengan menebus berarti merusakkan milik pusakanya sendiri. Namun berbeda dengan Boas, ia mau menggantikan posisi "saudara" itu menjadi penebus bagi Rut. Karena kerelaannya itu, ia dikaruniai berkat oleh Tuhan dengan memberikan keturunan bahkan menjadi keturunannya itu menjadi nenek moyang Daud dan Yesus. Peristiwa-peristiwa dalam teks ini memunculkan suatu pertanyaan reflektif bagi saya, apakah Tuhan telah mengatur semua itu, misalnya ketika Boas duduk di gerbang lalu kebetulan lewat "saudara" itu, atau mengapa keputusan "saudara" itu tiba-tiba saja berubah? Sepertinya memang Tuhan terlibat dari awal peristiwa itu -karena keterbukaan hati Boas- sampai Rut mengandung dan melahirkan Obed. Anak inilah yang akan menjadi ahli waris keturunan Elimelekh dan menjadi nenek moyang Daud dan Yesus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

 

 

Hamlin, E. John Hamilton, 1996,

Surely There Is A Future, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Michigan.

Keck, Leander E. (ed),

The New Interpreter's Bible, A Commentary in Twelve Volumes, Abingdon Press, Nashville.

Mays, James L. (General Ed.), 1988,

Harper's Bible Commentary, Harper and Row Publisher, Amarica.

Majelis Agung Wali-wali Gereja di Indonesia, 1962,

Kitab-kitab Sejarah, Nusa Indah Ende-Flores, Flores.

Power point Rm Indrasanjaya.

Tim Penyusun, 2005,

Kitab Suci Katolik, Arnoldus-Ende, Flores.

 



[1] James L. Mays (General Ed.), Harper's Bible Commentary, Harper and Row Publisher, Amarica 1988, 263.

[2] Majelis Agung Wali-wali Gereja di Indonesia, Kitab-kitab Sejarah, Nusa Indah Ende-Flores, Flores 1962, 156.

[3] Majelis Agung Wali-wali Gereja di Indonesia, Kitab-kitab Sejarah, 150.

[4] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Michigan 1996, 55.

[5] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 56.

[6] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 56.

[7] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 57.

[8] Leander E. Keck (ed), The New Interpreter's Bible A Commentary in Twelvw Volumes, Abingdon Press, Nashville, 938.

[9] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 59.

[10] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 61.

[11] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 64-66.

[12] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 67-68.

[13] E. John Hamilton Hamlin,  Surely There Is A Future, 69.

[14] Tim Penyusun, Kitab Suci Katolik, Arnoldus-Ende, Flores 2005, 402.

[15] Bdk power point Rm Indrasanjaya.

[16] Tim Penyusun, Kitab Suci Katolik, 1335.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih tuhan atas keingintahuan yang Engkau karuniakan kepadaku.