Sabtu, 09 Februari 2013


BAB I
PENDAHULUAN



1.1        Latar Belakang
Salah satu hal yang menarik ketika membaca atau mendalami kisah hidup Yesus yang dilukiskan dalam injil adalah kehadiran murid-murid yang menyertai-Nya. Dalam masing-masing injil, para penulis injil melukiskan kehadiran para murid ini secara berbeda-beda. Meskipun demikian, kehadiran para murid ini memiliki pola yang sama, yakni inisiatif dari Yesus. Yesus menghendaki murid-murid maka Dia memanggil mereka dengan berbagai cara (bdk. Luk 5:1-11; 5:27-32; 9:56-62; Mrk 1:17; Mat 4:21). Tentu saja Yesus mempunyai maksud dan tujuan memanggil para murid dalam hidup dan karya-Nya mewartakan Kerajaan Allah. Salah satu tujuan Yesus yang sangat jelas dikisahkan dalam injil sinoptik ketika Ia memanggil murid-murid yang pertama adalah menjadikan mereka “penjala manusia” (bdk. Mrk 1:17; Mat 4:19; Luk 5:10b).
Ungkapan “menjala manusia” terdapat dalam kisah panggilan murid-murid pertama dalam ketiga injil sinoptik. Akan tetapi, masing-masing injil melukiskannya secara berbeda, terutama injil Lukas. Markus menempatkan panggilan para murid yang pertama di awal injilnya karena ia ingin menekankan kebersamaan Yesus dengan murid-murid-Nya. Matius menggambarkan kisah panggilan murid-murid pertama sangat mirip dengan Markus. Melalui pengisahan ini, Matius ingin menekankan daya tarik Yesus yang sangat luar biasa. Para murid tanpa pikir panjang dan tanpa persiapan langsung mengikuti Yesus karena mereka tertarik pada-Nya. Sedangkan Lukas melukiskan panggilan para murid itu secara lebih dramatis. Ia mendahului kisah itu dengan sebuah mukjizat karena ia ingin menekankan alasan para murid mengikuti Yesus[1]. Meskipun dilukiskan secara berbeda-beda, panggilan “menjala manusia” merupakan suatu cara yang digunakan oleh Yesus untuk menyatakan tugas baru yang akan diemban oleh para murid-Nya. Tugas baru itu adalah mewartakan injil dan memperkenalkan Yesus Kristus kepada semua orang agar semakin banyak orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, para murid itu tidak akan menangkap dan mengumpulkan ikan lagi tetapi mengumpulkan dan membawa orang-orang kepada kehidupan bersama Yesus. Dengan demikian, tugas para murid sebagai “penjala manusia” adalah ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus, yakni mewartakan injil mulai dari lingkungan sekitar mereka (Yerusalem) sampai ke seluruh ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Dengan kata lain, “menjala manusia” adalah suatu tugas misi yang harus dijalankan oleh murid-murid Yesus.
Selama kebersamaan-Nya dengan para murid, Yesus mempersiapkan dan mendidik para murid sebelum mengemban tugas misi yang tidak mudah itu (bdk. Luk 9:1-6; Mat 10:5-15; Mrk 6:6b-13). Ia juga sering menasihati para murid-Nya akan tugas yang kelak mereka lakukan (bdk. Mat 10:16-33; Mrk 13:9-13; Luk 12:2-9; 21:12-19). Pendidikan itu dilakukan oleh Yesus melalui sabda dan karya-Nya. Karya atau tindakan Yesus, Ia tunjukkan melalui berbagai mukjizat. Misalnya, menyembuhkan seorang yang sakit kusta (bdk. Luk 5:12-16); menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (bdk. Luk 7:1-10); membangkitkan anak muda, putera seorang janda di Nain (bdk. Luk 7:11-17), dan sebagainya. Sedangkan melalui sabda atau kata-kata-Nya, setidaknya ada tiga tema utama yang diajarkan oleh Yesus, yakni persaudaraan, relasi-Nya dengan para murid-Nya, dan masalah mendasar atau akar masalah manusia[2].
Pertama, Yesus mengajarkan persaudaraan. Misalnya, nilai manusia, yakni kasih, belas kasih, praktik pelaksanaan apa yang telah diajarkan; kata-kata polemik melawan pemimpin Yahudi yang kurang manusiawi dan melawan mereka yang kekurangan iman (bdk. Luk 6:1-11); kata-kata mesianis dan radikal seperti khotbah di dataran (bdk. Luk 6:20-49). Kedua, Yesus mengajarkan pentingnya relasi antara Dia dan para murid-Nya untuk menumbuhkan rasa percaya. Keyakinan akan apa yang diwartakan merupakan kunci utama dalam karya misi Mesias. Ketiga, Yesus mendidik para murid-Nya melihat masalah mendasar atau akar masalah manusia. Misalnya, orang lumpuh yang disembuhkan (bdk. Luk 5:17-26). “Dosamu sudah diampuni” demikian kata Yesus kepada orang yang sakit itu. Berarti penyakit tidak sekadar hal fisik melainkan kompleks, berkenaan dengan masalah kemasyarkatan, masalah sikap manusia, dan sebagainya[3]
Akhirnya, sesaat sebelum kenaikan-Nya ke surga, Yesus memberikan pesan terakhir-Nya dan mengutus para murid-Nya untuk melaksanakan tugas yang sudah diungkapkan-Nya sejak panggilan pertama, yakni “menjala manusia” atau menjadi saksi Kristus di dunia (bdk. Luk 24:47-48; Mat 28:16-20; Mrk 16:9-20; Kis 1:8). Meskipun sudah sejak panggilan pertama, para murid diberi tugas “menjala manusia”, tugas misi itu barulah sungguh-sungguh diaksanakan oleh para murid setelah Yesus naik ke surga dan setelah Roh Kudus turun atas mereka. Para murid memulai karya misi mereka setelah Roh Kudus turun atas mereka, sebagaimana Yesus juga memulai perjalanan pewartaan-Nya dalam pimpinan Roh (bdk. Luk 4:1). Dalam hal ini, peranan Roh Kudus mendapat penekanan dalam karya misi seorang pewarta injil. Penulis injil Lukas dengan cukup terperinci melukiskan dalam Kisah Para Rasul karya-karya para murid dalam rangka mewujudkan panggilan mereka (bdk. Kis 3:1-26; 4:2.8-12; 5:12; 13:4-12; 28:30-31). Karya para murid itu diawali oleh khotbah Petrus di serambi Salomo (bdk. Kis 2:14-40) dan tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid yang lain.
Kalau melihat proses perutusan para murid, dapat disimpulkan bahwa awal proses itu adalah panggilan pertama di pantai danau Genesaret yang dilukiskan dalam injil sinoptik. Sejak panggilan itulah, dalam kebersamaan-Nya dengan para murid, Yesus mempersiapkan dan mendidik para murid-Nya melalui berbagai cara. Setelah menjalani persiapan selama kurang lebih tiga tahun, mereka diutus untuk melaksanakan panggilan yang sama sejak panggilan pertama, yakni “menjala manusia”. Tugas perutusan inilah yang mula-mula dimulai dari Yerusalem sampai ke ujung dunia (bdk. Luk 24:47; Kis 1:8).
Perutusan para murid “menjala manusia” rupanya tidak hanya terjadi pada zaman Gereja perdana atau zaman para Rasul, sekitar 2000 tahun yang lalu, tetapi pada saat ini pun perutusan itu masih dibutuhkan. Memang konteks zaman Gereja perdana jauh berbeda dengan konteks para murid (“kita”) saat ini tetapi tugas yang diemban tetap sama. Tugas itu adalah “menjala manusia” atau menjadi pewarta injil dan saksi Kristus untuk memperkenalkan dan membawa sebanyak mungkin orang kepada kehidupan bersama Yesus Kristus. Untuk itulah Konsili Vatikan II kembali menekankan tugas wajib umat Kristen sebagai pewarta injil (bdk. AG art. 6-7). Dengan pewartaan ini diharapkan cahaya Kristus dapat menyinari semua orang dari segala penjuru dunia (bdk. LG 1).
Situasi zaman yang berbeda menjadi tantangan bagi para murid Yesus saat ini untuk bersaksi mewartakan injil bagi setiap orang. Situasi zaman yang secara khusus akan dibahas dalam karya tulis ini adalah situasi pluralitas agama. Pluralitas agama merupakan sebuah situasi yang menggambarkan keberagaman keyakinan yang kadang menyulitkan karya misi “menjala manusia” saat ini. Meskipun demikian, misi “menjala manusia” atau mewartakan injil dan membawa manusia kepada kehidupan bersama Yesus harus tetap dilakukan. Inilah yang akan dijelaskan dalam tulisan ini. Untuk maksud itulah, penulis memilih judul Panggilan “Menjala manusia” Dalam Konteks Pluralitas Agama. Dengan kata lain, “menjala manusia” merupakan panggilan setiap murid Kristus dan oleh karena itu harus dihidupi dalam segala situasi termasuk dalam situasi keberagaman agama. Akan tetapi, melihat situasi pluralitas agama yang riil ini, diperlukan suatu sikap atau cara “menjala manusia” yang baik sehingga melaluinya orang dapat menemukan kehidupan serta mengenal dan mengimani Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.
Yesus, melalui sabda dan karya-Nya, telah menunjukkan diri-Nya sebagai Pewarta Sejati Injil Kerajaan Allah selama hidup-Nya di dunia. Dia telah berhasil mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa (bdk. Luk 4:32) sehingga banyak orang datang kepada-Nya untuk mendengarkan firman-Nya dan mengikuti-Nya. Oleh karena itu, setiap murid Yesus yang juga merupakan pewarta injil (“penjala manusia”) hendaknya belajar pada Yesus dalam mewartakan injil (“menjala manusia”). Salah satu sumber yang sangat baik untuk mengenal dan mempelajari cara Yesus mewartakan injil (“menjala manusia”) adalah teks Luk 5:1-11. Oleh karena itu, pembahasan judul tulisan di atas akan ditinjau dari teks Luk 5:1-11, terutama untuk menemukan makna ungkapan “menjala manusia”.

1.2        Lingkup Penulisan
Dalam karya tulis ini, penulis akan membatasi pembahasan pada kisah panggilan murid-murid pertama yang merupakan awal dari proses perutusan para murid Yesus.  Kisah panggilan murid pertama yang akan dibahas yaitu kisah menurut injil Lukas (Luk 5:1-11). Dalam pembahasan itu, penulis akan mencoba menafsirkan perikop Luk 5:1-11 untuk menemukan makna ungkapan “menjala manusia”. Untuk mendukung penafsiran perikop itu, penulis akan membahas latar belakang, hubungan dengan bagian-bagian maupun keseluruhan injil Lukas (konteks dekat dan konteks jauh) serta hubungan perikop itu dengan “kisah yang mirip” yang terdapat dalam injil Matius dan Markus.
Selain itu, penulis akan mencoba melihat relevansi panggilan misi itu dalam konteks pluralitas agama saat ini. Pada bagian ini, penulis akan mencoba merefleksikan makna panggilan karya misi dalam Luk 5:1-11 dalam situasi yang riil saat ini. Sejauh mana panggilan itu dapat dihayati dan diwujudkan oleh murid-murid Yesus saat ini serta bagaimana usaha mewujudkan misi “menjala manusia” dengan baik sesuai dengan konteks saat ini tanpa melupakan tujuan yang hendak dicapai? Kiranya itulah pertanyaan yang akan menjadi acuan pada bagian ini. Akan tetapi, ungkapan dan perwujudan karya misi itu tentu saja harus berdasar pada cara bermisi Yesus Kristus yang telah Ia tunjukkan dalam hidup-Nya di dunia ini. Akhirnya, karya tulis ini akan ditutup dengan sebuah kesimpulan bahwa panggilan Yesus untuk “menjala manusia” tidak hanya secara eksplisit berlaku bagi ke-12 murid Yesus atau hanya bagi Petrus dan murid-murid pertama lainnya tetapi juga berlaku bagi semua murid-Nya dalam segala zaman.

1.3        Tujuan Penulisan
Dengan membaca latar belakang dan alasan pemilihan judul sebenarnya sudah tersingkap tujuan penulisan karya tulis ini. Akan tetapi, agar lebih jelas dan terarah maka penulis ingin memaparkan beberapa tujuan penulisan karya tulis ini.
Pertama, penulis ingin menjelaskan maksud ungkapan “menjala manusia” dalam kisah panggilan para murid pertama menurut injil Lukas. “Menjala manusia” merupakan tujuan panggilan para murid Yesus. Akan tetapi, untuk memahami maksud panggilan itu serta bagaimana hal itu dilaksanakan oleh para murid dibutuhkan sejumlah penjelasan yang memadai. Oleh karena itu, penulis bermaskud mencari berbagai sumber atau bahan bacaan untuk menjelaskan maksud panggilan itu serta cara mewujudkannya dalam kehidupan saat ini.
Kedua, dengan memilih Kitab Suci sebagai sumber utama karya tulis ini, penulis bermaksud untuk semakin mengenal Kitab Suci sebagai buku iman yang mengantar pada pengenalan akan Allah. Allah memang hadir dalam segala sesuatu tetapi dalam tradisi keselamatan, kehadiran Allah sangat nyata dalam Kitab Suci melalui berbagai peristiwa iman. Oleh karena itu, penulis ingin menangkap kehadiran Allah serta maksud panggilan-Nya dalam kisah panggilan murid-murid pertama dan merefleksikannya dalam konteks zaman ini.
Ketiga, penulis merasa bahwa perwujudan panggilan “menjala manusia” saat ini kurang bergema. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut salah satunya, yang penulis amati, adalah situasi keberagaman iman atau keyakinan. Situasi ini seringkali membuat para murid Yesus yang dipanggil untuk “menjala manusia” merasa tidak berdaya melaksanakan tugas panggilannya karena berpandangan bahwa rupanya Allah bisa diimani dengan berbagai cara. Dengan demikian, tidak sedikit orang berpandangan bahwa tidak ada gunanya lagi memeperkenalkan Kristus kepada orang lain atau mengajak mereka untuk beriman kepada Kristus kalau orang berkeyakinan atau beragama lain pun bisa beriman kepada Allah dan mungkin memperoleh keselamatan. Bahkan kadang kita berpikir bahwa misi kita hanya mengganggu kerukunan umat beragama. Pandangan seperti ini mengakibatkan pewujudan tugas panggilan untuk memperkenalkan Kristus kepada setiap orang sulit dijalankan. Berdasarkan kenyataan itu, penulis ingin mencoba mendalami panggilan setiap murid Kristus dengan mengulas kisah panggilan murid-murid pertama menurut injil Lukas. Kiranya dengan membahas tema ini, penulis dapat menemukan makna panggilan setiap murid Kristus yang merupakan esensi dari setiap panggilan kemuridan. Selain itu, melalui pemahaman makna panggilan itu yang dihubungkan dengan situasi yang menantang zaman ini, penulis akan mencoba mencari beberapa metode pewartaan (misi) injil Yesus Kristus kepada semua orang sehingga Kristus bisa dikenal oleh semua orang. Dengan demikian, tugas dan kewajiban setiap murid Kristus untuk mewartakan injil dan memperkenalkan Kristus dapat diwujudkan tanpa ketakutan dan keraguan kendatipun dalam situasi yang sulit dan menantang.
Keempat, sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Fakultas Teologi Wedabhakti, penulis merasa berhak dan wajib membuat suatu karya tulis sebagai syarat mencapai gelar sarjana strata satu (S1). Oleh karena itu, penulis mempersembahkan karya tulis ini untuk memenuhi hak dan kewajiban penulis sebagai mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

1.4        Metode Penulisan
Dalam mengolah karya tulis ini penulis menggunakan metode penelitian pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku atau artikel-artikel yang berkaitan dengan tema. Penelitian kepustakaan ini pertama-tama menyangkut analisa teks yang menjadi tema dalam karya tulis ini. Penganalisaan teks akan dilakukan dengan metode tafsir atas teks Luk 5:1-11 untuk menemukan maksud dari teks tersebut terutama ungkapan “menjala manusia”. Setelah menemukan maksud teks tersebut, penulis akan mencoba melihat relevansinya dalam konteks saat ini. Konteks yang dimaksud adalah pluralitas agama yang menjadi realitas kehidupan kita saat ini. Inilah dua hal yang akan menjadi sasaran dan tujuan penelitian kepustakaan penulis dalam menyusun karya tulis ini.

1.5        Sistematika Penulisan
Penulis akan membahas karya tulis ini dalam 5 bab yaitu pendahuluan, latar belakang Luk 5:1-11, ulasan kisah panggilan murid pertama menurut injil Luk 5:1-11, refleksi panggilan “menjala manusia” dalam konteks pluralitas agama, dan terakhir penutup.
Dalam bab I penulis akan membahas latar belakang masalah, lingkup penulisan, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Dalam bab II penulis akan membahas latar belakang teks Luk 5:1-11, tempat Luk 5:1-11 dalam kerangka injil Lukas, serta hubungan kisah Luk 5:1-11 dengan “kisah yang mirip” dalam injil sinoptik.
Dalam bab III penulis akan membahas secara khusus makna panggilan “menjala manusia”. Pada bagian ini teks Luk 5:1-11 akan dianalisa dari bagian per bagian untuk menemukan makna dan tujuan panggilan “menjala manusia”. selain itu penulis juga akan menuliskan beberapa refleksi atas Luk 5:1-11.
Dalam bab IV akan dibahas refleksi dan usaha mewujudkan panggilan “menjala manusia” dalam konteks pluralitas agama saat ini. Dalam hal ini, realitas pluralitas agama menjadi locus pewartaan “menjala manusia”.
Akhirnya, pada bab V penulis akan menutup karya tulis ini dengan sebauh kesimpulan yang merupakan bagian penutup dari seluruh isi karya tulis ini.


[1] Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM (eds.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,  Kanisius, Yogyakarta 2002, 20-30.
[2] Guido Tisera, SVD, Yesus Sahabat Di Perjalanan: Membaca dan Merenungkan Injil Lukas, Ledalero, Maumere 2003, 82-83.
[3] Guido Tisera, SVD, Yesus Sahabat Di Perjalanan: Membaca dan Merenungkan Injil Lukas, 82-83.

1 komentar:

terima kasih tuhan atas keingintahuan yang Engkau karuniakan kepadaku.