BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu hal yang menarik ketika membaca atau mendalami
kisah hidup Yesus yang dilukiskan dalam injil adalah kehadiran murid-murid yang
menyertai-Nya. Dalam masing-masing injil, para penulis injil melukiskan
kehadiran para murid ini secara berbeda-beda. Meskipun demikian, kehadiran para
murid ini memiliki pola yang sama, yakni inisiatif dari Yesus. Yesus
menghendaki murid-murid maka Dia memanggil mereka dengan berbagai cara (bdk. Luk
5:1-11; 5:27-32; 9:56-62; Mrk 1:17; Mat 4:21). Tentu saja Yesus mempunyai
maksud dan tujuan memanggil para murid dalam hidup dan karya-Nya mewartakan
Kerajaan Allah. Salah satu tujuan Yesus yang sangat jelas dikisahkan dalam
injil sinoptik ketika Ia memanggil murid-murid yang pertama adalah menjadikan
mereka “penjala manusia” (bdk. Mrk 1:17; Mat 4:19; Luk 5:10b).
Ungkapan “menjala manusia” terdapat dalam kisah panggilan
murid-murid pertama dalam ketiga injil sinoptik. Akan tetapi, masing-masing
injil melukiskannya secara berbeda, terutama injil Lukas. Markus menempatkan
panggilan para murid yang pertama di awal injilnya karena ia ingin menekankan
kebersamaan Yesus dengan murid-murid-Nya. Matius menggambarkan kisah panggilan
murid-murid pertama sangat mirip dengan Markus. Melalui pengisahan ini, Matius
ingin menekankan daya tarik Yesus yang sangat luar biasa. Para murid tanpa
pikir panjang dan tanpa persiapan langsung mengikuti Yesus karena mereka
tertarik pada-Nya. Sedangkan Lukas melukiskan panggilan para murid itu secara
lebih dramatis. Ia mendahului kisah itu dengan sebuah mukjizat karena ia ingin
menekankan alasan para murid mengikuti Yesus[1].
Meskipun dilukiskan secara berbeda-beda, panggilan “menjala manusia” merupakan
suatu cara yang digunakan oleh Yesus untuk menyatakan tugas baru yang akan
diemban oleh para murid-Nya. Tugas baru itu adalah mewartakan injil dan
memperkenalkan Yesus Kristus kepada semua orang agar semakin banyak orang yang
mengenal dan percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, para murid itu tidak akan
menangkap dan mengumpulkan ikan lagi tetapi mengumpulkan dan membawa
orang-orang kepada kehidupan bersama Yesus. Dengan demikian, tugas para murid
sebagai “penjala manusia” adalah ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus,
yakni mewartakan injil mulai dari lingkungan sekitar mereka (Yerusalem) sampai
ke seluruh ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Dengan kata lain, “menjala manusia”
adalah suatu tugas misi yang harus dijalankan oleh
murid-murid Yesus.
Selama kebersamaan-Nya dengan para murid, Yesus
mempersiapkan dan mendidik para murid sebelum mengemban tugas misi yang tidak
mudah itu (bdk. Luk 9:1-6; Mat 10:5-15; Mrk 6:6b-13). Ia juga sering menasihati
para murid-Nya akan tugas yang kelak mereka lakukan (bdk. Mat 10:16-33; Mrk
13:9-13; Luk 12:2-9; 21:12-19). Pendidikan itu dilakukan oleh Yesus melalui
sabda dan karya-Nya. Karya atau tindakan Yesus, Ia tunjukkan melalui berbagai
mukjizat. Misalnya, menyembuhkan seorang yang sakit kusta (bdk. Luk 5:12-16);
menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (bdk. Luk 7:1-10);
membangkitkan anak muda, putera seorang janda di Nain (bdk. Luk 7:11-17), dan
sebagainya. Sedangkan melalui sabda atau kata-kata-Nya, setidaknya ada tiga
tema utama yang diajarkan oleh Yesus, yakni persaudaraan, relasi-Nya
dengan para murid-Nya, dan masalah mendasar atau akar masalah manusia[2].
Pertama,
Yesus mengajarkan persaudaraan. Misalnya, nilai manusia, yakni kasih, belas
kasih, praktik pelaksanaan apa yang telah diajarkan; kata-kata polemik melawan
pemimpin Yahudi yang kurang manusiawi dan melawan mereka yang kekurangan iman
(bdk. Luk 6:1-11); kata-kata mesianis dan radikal seperti khotbah di dataran
(bdk. Luk 6:20-49). Kedua, Yesus mengajarkan pentingnya relasi antara
Dia dan para murid-Nya untuk menumbuhkan rasa percaya. Keyakinan akan apa yang
diwartakan merupakan kunci utama dalam karya misi Mesias. Ketiga, Yesus
mendidik para murid-Nya melihat masalah mendasar atau akar masalah manusia.
Misalnya, orang lumpuh yang disembuhkan (bdk. Luk 5:17-26). “Dosamu sudah
diampuni” demikian kata Yesus kepada orang yang sakit itu. Berarti penyakit
tidak sekadar hal fisik melainkan kompleks, berkenaan dengan masalah
kemasyarkatan, masalah sikap manusia, dan sebagainya[3].
Akhirnya, sesaat sebelum kenaikan-Nya ke surga, Yesus
memberikan pesan terakhir-Nya dan mengutus para murid-Nya untuk melaksanakan
tugas yang sudah diungkapkan-Nya sejak panggilan pertama, yakni “menjala
manusia” atau menjadi saksi Kristus di dunia (bdk. Luk 24:47-48; Mat 28:16-20;
Mrk 16:9-20; Kis 1:8). Meskipun sudah sejak panggilan pertama, para murid
diberi tugas “menjala manusia”, tugas misi itu barulah sungguh-sungguh
diaksanakan oleh para murid setelah Yesus naik ke surga dan setelah Roh Kudus
turun atas mereka. Para murid memulai karya misi mereka setelah Roh Kudus turun
atas mereka, sebagaimana Yesus juga memulai perjalanan pewartaan-Nya dalam
pimpinan Roh (bdk. Luk 4:1). Dalam hal ini, peranan Roh Kudus mendapat
penekanan dalam karya misi seorang pewarta injil. Penulis injil Lukas dengan
cukup terperinci melukiskan dalam Kisah Para Rasul karya-karya para murid dalam
rangka mewujudkan panggilan mereka (bdk. Kis 3:1-26; 4:2.8-12; 5:12; 13:4-12;
28:30-31). Karya para murid itu diawali oleh khotbah Petrus di serambi Salomo
(bdk. Kis 2:14-40) dan tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid
yang lain.
Kalau melihat proses perutusan para murid, dapat
disimpulkan bahwa awal proses itu adalah panggilan pertama di pantai danau Genesaret yang dilukiskan dalam
injil sinoptik. Sejak
panggilan itulah, dalam kebersamaan-Nya dengan para murid, Yesus mempersiapkan
dan mendidik para murid-Nya melalui berbagai cara. Setelah menjalani persiapan
selama kurang lebih tiga tahun, mereka diutus untuk melaksanakan panggilan yang
sama sejak panggilan pertama, yakni “menjala manusia”. Tugas perutusan inilah
yang mula-mula dimulai dari Yerusalem sampai ke ujung dunia (bdk. Luk 24:47;
Kis 1:8).
Perutusan para murid “menjala manusia” rupanya tidak
hanya terjadi pada zaman Gereja perdana atau zaman para Rasul, sekitar 2000
tahun yang lalu, tetapi pada saat ini pun perutusan itu masih dibutuhkan.
Memang konteks zaman Gereja perdana jauh berbeda dengan konteks para murid
(“kita”) saat ini tetapi tugas yang diemban tetap sama. Tugas itu adalah “menjala
manusia” atau menjadi pewarta injil dan saksi Kristus untuk memperkenalkan dan
membawa sebanyak mungkin orang kepada kehidupan bersama Yesus Kristus. Untuk
itulah Konsili Vatikan II kembali menekankan tugas wajib umat Kristen sebagai
pewarta injil (bdk. AG art. 6-7). Dengan pewartaan ini diharapkan cahaya
Kristus dapat menyinari semua orang dari segala penjuru dunia (bdk. LG 1).
Situasi zaman yang berbeda menjadi tantangan bagi para
murid Yesus saat ini untuk bersaksi mewartakan injil bagi setiap orang. Situasi
zaman yang secara khusus akan dibahas dalam karya tulis ini adalah situasi pluralitas
agama. Pluralitas agama merupakan sebuah situasi yang menggambarkan
keberagaman keyakinan yang kadang menyulitkan karya misi “menjala manusia” saat
ini. Meskipun demikian, misi “menjala manusia” atau mewartakan injil dan
membawa manusia kepada kehidupan bersama Yesus harus tetap dilakukan. Inilah
yang akan dijelaskan dalam tulisan ini. Untuk maksud itulah, penulis memilih
judul Panggilan “Menjala manusia” Dalam Konteks Pluralitas Agama. Dengan
kata lain, “menjala manusia” merupakan panggilan setiap murid Kristus dan oleh
karena itu harus dihidupi dalam segala situasi termasuk dalam situasi
keberagaman agama. Akan tetapi, melihat situasi pluralitas agama yang riil ini,
diperlukan suatu sikap atau cara “menjala manusia” yang baik sehingga
melaluinya orang dapat menemukan kehidupan serta mengenal dan mengimani Yesus
Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.
Yesus, melalui sabda dan karya-Nya, telah menunjukkan
diri-Nya sebagai Pewarta Sejati Injil Kerajaan Allah selama hidup-Nya di dunia.
Dia telah berhasil mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa (bdk. Luk 4:32)
sehingga banyak orang datang kepada-Nya untuk mendengarkan firman-Nya dan
mengikuti-Nya. Oleh karena itu, setiap murid Yesus yang juga merupakan pewarta
injil (“penjala manusia”) hendaknya belajar pada Yesus dalam mewartakan injil
(“menjala manusia”). Salah satu sumber yang sangat baik untuk mengenal dan
mempelajari cara Yesus mewartakan injil (“menjala manusia”) adalah teks Luk
5:1-11. Oleh karena itu, pembahasan judul tulisan di atas akan ditinjau dari
teks Luk 5:1-11, terutama untuk menemukan makna ungkapan “menjala manusia”.
1.2
Lingkup Penulisan
Dalam karya tulis ini, penulis akan membatasi pembahasan
pada kisah panggilan murid-murid pertama yang merupakan awal dari proses
perutusan para murid Yesus. Kisah
panggilan murid pertama yang akan dibahas yaitu kisah menurut injil Lukas (Luk
5:1-11). Dalam pembahasan itu, penulis akan mencoba menafsirkan perikop Luk
5:1-11 untuk menemukan makna ungkapan “menjala manusia”. Untuk mendukung
penafsiran perikop itu, penulis akan membahas latar belakang, hubungan dengan
bagian-bagian maupun keseluruhan injil Lukas (konteks dekat dan konteks jauh)
serta hubungan perikop itu dengan “kisah yang mirip” yang terdapat dalam injil
Matius dan Markus.
Selain itu, penulis akan mencoba melihat relevansi
panggilan misi itu dalam konteks pluralitas agama saat ini. Pada bagian ini,
penulis akan mencoba merefleksikan makna panggilan karya misi dalam Luk 5:1-11
dalam situasi yang riil saat ini. Sejauh mana panggilan itu dapat dihayati dan
diwujudkan oleh murid-murid Yesus saat ini serta bagaimana usaha mewujudkan
misi “menjala manusia” dengan baik sesuai dengan konteks saat ini tanpa
melupakan tujuan yang hendak dicapai? Kiranya itulah pertanyaan yang akan
menjadi acuan pada bagian ini. Akan tetapi, ungkapan dan perwujudan karya misi
itu tentu saja harus berdasar pada cara bermisi Yesus Kristus yang telah Ia
tunjukkan dalam hidup-Nya di dunia ini. Akhirnya, karya tulis ini akan ditutup
dengan sebuah kesimpulan bahwa panggilan Yesus untuk “menjala manusia” tidak
hanya secara eksplisit berlaku bagi ke-12 murid Yesus atau hanya bagi Petrus
dan murid-murid pertama lainnya tetapi juga berlaku bagi semua murid-Nya dalam
segala zaman.
1.3
Tujuan Penulisan
Dengan membaca latar belakang dan alasan pemilihan judul
sebenarnya sudah tersingkap tujuan penulisan karya tulis ini. Akan tetapi, agar
lebih jelas dan terarah maka penulis ingin memaparkan beberapa tujuan penulisan
karya tulis ini.
Pertama,
penulis ingin menjelaskan maksud ungkapan “menjala manusia” dalam kisah
panggilan para murid pertama menurut injil Lukas. “Menjala manusia” merupakan
tujuan panggilan para murid Yesus. Akan tetapi, untuk memahami maksud panggilan
itu serta bagaimana hal itu dilaksanakan oleh para murid dibutuhkan sejumlah penjelasan
yang memadai. Oleh karena itu, penulis bermaskud mencari berbagai sumber atau
bahan bacaan untuk menjelaskan maksud panggilan itu serta cara mewujudkannya
dalam kehidupan saat ini.
Kedua, dengan memilih Kitab Suci sebagai sumber utama karya
tulis ini, penulis bermaksud untuk semakin mengenal Kitab Suci sebagai buku
iman yang mengantar pada pengenalan akan Allah. Allah memang hadir dalam segala
sesuatu tetapi dalam tradisi keselamatan, kehadiran Allah sangat nyata dalam
Kitab Suci melalui berbagai peristiwa iman. Oleh karena itu, penulis ingin
menangkap kehadiran Allah serta maksud panggilan-Nya dalam kisah panggilan
murid-murid pertama dan merefleksikannya dalam konteks zaman ini.
Ketiga, penulis merasa bahwa perwujudan panggilan “menjala
manusia” saat ini kurang bergema. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut
salah satunya, yang penulis amati, adalah situasi keberagaman iman atau
keyakinan. Situasi ini seringkali membuat para murid Yesus yang dipanggil untuk
“menjala manusia” merasa tidak berdaya melaksanakan tugas panggilannya karena
berpandangan bahwa rupanya Allah bisa diimani dengan berbagai cara. Dengan
demikian, tidak sedikit orang berpandangan bahwa tidak ada gunanya lagi
memeperkenalkan Kristus kepada orang lain atau mengajak mereka untuk beriman
kepada Kristus kalau orang berkeyakinan atau beragama lain pun bisa beriman
kepada Allah dan mungkin memperoleh keselamatan. Bahkan kadang kita berpikir
bahwa misi kita hanya mengganggu kerukunan umat beragama. Pandangan seperti ini
mengakibatkan pewujudan tugas panggilan untuk memperkenalkan Kristus kepada
setiap orang sulit dijalankan. Berdasarkan kenyataan itu, penulis ingin mencoba
mendalami panggilan setiap murid Kristus dengan mengulas kisah panggilan
murid-murid pertama menurut injil Lukas. Kiranya dengan membahas tema ini,
penulis dapat menemukan makna panggilan setiap murid Kristus yang merupakan
esensi dari setiap panggilan kemuridan. Selain itu, melalui pemahaman makna
panggilan itu yang dihubungkan dengan situasi yang menantang zaman ini, penulis
akan mencoba mencari beberapa metode pewartaan (misi) injil Yesus Kristus
kepada semua orang sehingga Kristus bisa dikenal oleh semua orang. Dengan
demikian, tugas dan kewajiban setiap murid Kristus untuk mewartakan injil dan
memperkenalkan Kristus dapat diwujudkan tanpa ketakutan dan keraguan kendatipun
dalam situasi yang sulit dan menantang.
Keempat, sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Fakultas
Teologi Wedabhakti, penulis merasa berhak dan wajib membuat suatu karya tulis
sebagai syarat mencapai gelar sarjana strata satu (S1). Oleh karena itu,
penulis mempersembahkan karya tulis ini untuk memenuhi hak dan kewajiban
penulis sebagai mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.
1.4
Metode Penulisan
Dalam mengolah karya tulis ini penulis menggunakan metode
penelitian pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku atau
artikel-artikel yang berkaitan dengan tema. Penelitian kepustakaan ini
pertama-tama menyangkut analisa teks yang menjadi tema dalam karya tulis ini.
Penganalisaan teks akan dilakukan dengan metode tafsir atas teks Luk 5:1-11
untuk menemukan maksud dari teks tersebut terutama ungkapan “menjala manusia”.
Setelah menemukan maksud teks tersebut, penulis akan mencoba melihat
relevansinya dalam konteks saat ini. Konteks yang dimaksud adalah pluralitas
agama yang menjadi realitas kehidupan kita saat ini. Inilah dua hal yang akan
menjadi sasaran dan tujuan penelitian kepustakaan penulis dalam menyusun karya
tulis ini.
1.5
Sistematika Penulisan
Penulis akan membahas karya tulis ini dalam 5 bab yaitu
pendahuluan, latar belakang Luk 5:1-11, ulasan kisah panggilan murid pertama
menurut injil Luk 5:1-11, refleksi panggilan “menjala manusia” dalam konteks pluralitas
agama, dan terakhir penutup.
Dalam bab I penulis akan membahas latar belakang masalah,
lingkup penulisan, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
Dalam bab II penulis akan membahas latar belakang teks
Luk 5:1-11, tempat Luk 5:1-11 dalam kerangka injil Lukas, serta hubungan kisah
Luk 5:1-11 dengan “kisah yang mirip” dalam injil sinoptik.
Dalam bab III penulis akan membahas secara khusus makna
panggilan “menjala manusia”. Pada bagian ini teks Luk 5:1-11 akan dianalisa
dari bagian per bagian untuk menemukan makna dan tujuan panggilan “menjala
manusia”. selain itu penulis juga akan menuliskan beberapa refleksi atas Luk
5:1-11.
Dalam bab IV akan dibahas refleksi dan usaha mewujudkan
panggilan “menjala manusia” dalam konteks pluralitas agama saat ini. Dalam hal
ini, realitas pluralitas agama menjadi locus pewartaan “menjala
manusia”.
Akhirnya, pada bab V penulis akan menutup karya tulis ini
dengan sebauh kesimpulan yang merupakan bagian penutup dari seluruh isi karya
tulis ini.
[1]
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM (eds.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 2002, 20-30.
[2] Guido
Tisera, SVD, Yesus Sahabat Di Perjalanan: Membaca dan Merenungkan Injil
Lukas, Ledalero, Maumere 2003, 82-83.
[3] Guido
Tisera, SVD, Yesus Sahabat Di Perjalanan: Membaca dan Merenungkan Injil
Lukas, 82-83.
ok Jack
BalasHapus